Laksana Bidadari dalam Hati Suami 2 (Menjaga Pandangan)

Berkulit  Mulus dan Bertubuh Molek 
Allah Ta’ala berfirman, 
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ
“Seakan – akan para  bidadari itu permata yaqut dan marjan” (Qs. Ar-Rahman: 58)
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Salah satu wanita surga,  sungguh dapat dilihat putih betisnya  dari balik tujuh puluh pakaian. Hal ini  karena Allah berfirman, “Mereka  bagaikan Yaqut dan Marjan.” Beliau melanjutkan,  “Yaqut adalah batu.  Kalau saja kawat dimasukkan ke dalamnya, kemudian kamu  menjernihkanny,  pasti kamu bisa melihat kawat dari balik batu tersebut.” (Hr. At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban, di dalam Al  Jami’)
Pada masa modern seperti ini industri kaca, kristal, batu mulia sudah   lah maju dengan pesatnya, dan dalam ayat tersebut Allah menggambarkan  keadaan  bidadari laksana dua jenis batu mulia yang menunjukkan keelokan  mereka yang  memikat, kemurnian Yaqut dan keputihan Marjan.  Sudah selayaknya  makhluk seperti bidadari ini diciptakan dari zat yang  murni, jernih, lembut,  sesuai dengan kemolekan dan kecantikan yang  sungguh sangat menakjubkan. Dengan  gambaran seperti itu tentulah lelaki  penghuni surga dibuat terkesima melihat  betapa berkilau dan  bersinarnya tubuh bidadari.
Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Masing – masing dari  mereka mendapatkan dua orang istri  (bidadari) yang tulang kedua kaki mereka  dapat terlihat dari balik  daging mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketebalan daging yang transparan pada bidadari menunjukkan kekhususan  dan  perbedaan antara daging bidadari dan daging wanita dunia.  Bagaimana  tidak?daging bidadari yang transparan itu menunjukkan betapa  bening daging  tubuh bidadari. Disebutkan juga bahwa tubuh yang  transparan itu bercampur  dengan warna putih hingga membuat tubuhnya  menjadi putih, bening, indah, dan  cantik jelita. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ
“Seakan-akan mereka  adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (Qs. Ash-Shaffat:  49)
Orang Arab mengenal telur yang tersimpan dengan baik itu adalah telur  burung  unta yang terpendam dalam pasir. Warnanya putih dan tidak ada  yang melebihi putihnya. Ciri yang transparan dan bening ini  dilukiskan  dalam Al-Qur’an dengan ungkapan Yaqut, Marjan, Al-Lu’lu  Al-Maknuun, Baidhun Maknuun.
Tidak Liar Pandangannya
Allah Ta’ala berfirman,
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan dan  menundukkan pandangannya.” (Qs. Ar-Rahman: 56)
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan  pandangannya dan matanya jelita.” (Qs. Ash-Shaffat: 48)
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ
“Dan pada sisi  mereka ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya dan sebaya  umurnya.” (Qs. Shad: 52)
Wanita dunia yang menyakiti suaminya dengan memandang lelaki selain  suaminya,  dan menikmati pandangan tersebut menunjukkan kekurangan dan  kehinaannya. Maka  Allah pun mengganti wanita yang demikian dengan  bidadari-bidadari yang sempurna  lagi istimewa bagi hambaNya yang  shalih, yang mana bidadari-bidadari tersebut  hanya menujukan  pandangannya terhadap suami-suami mereka. Terdapat point  penting yang  bisa kita ambil dari sini, yakni:
- Ayat ini menjelaskan tentang keutamaan bidadari yang menunjukkan pandangannya hanya bagi suaminya. Mereka terbiasa untuk tidak melihat ke lelaki lain kendatipun mereka memiliki mata jelita, dan satu-satunya pemandangan yang mereka lihat hanyalah suami-suami mereka. Ya, karena di mata mereka…suami merekalah yang paling tampan.
- Saudariku…ingin kubertanya padamu, sudahkah engkau menunjukkan pandangan penuh kasih sayang, kerinduan dan cinta hanya bagi suamimu? Bagaimana dengan keadaan suami dalam pandangan matamu, wahai saudariku?
- Ayat ini menjelaskan bahwa para bidadari itu sangat mencintai suami mereka. Bahkan mereka “menutup mata” kepada lelaki lain untuk selama-selamanya. Pandangan, hati, cinta, bahkan dirinya hanya ditujukan bagi suami mereka. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan kecuali oleh orang yang hidup dengan penuh rasa cinta yang mendalam kepada Sang Suami, seperti kedalaman cinta Qais pada Laila. Karena cinta yang mendalam dapat menjadikan seseorang hanya melihat kepada orang yang ia cintai.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ  وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ  مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ  زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ  بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ  إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ  نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ  أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ  يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ  لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ  جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka   menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan   perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah  mereka  menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan  perhiasannya kecuali  kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah  suami mereka, atau  putera-putera mereka, atau putera-putera suami  mereka, atau saudara-saudara  laki-laki mereka, atau putera-putera  saudara lelaki mereka, atau putera-putera  saudara perempuan mereka,  atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang  mereka miliki, atau  pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan  (terhadap  wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan   janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka   sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai  orang-orang yang  beriman supaya kamu beruntung..” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan alangkah indahnya  perkataan penyair,
 “Segala peristiwa berawal dari pandangan mata
Jilatan api bermula dari setitik bara
Jilatan api bermula dari setitik bara
Berapa banyak pandangan yang membelah hati
Laksana anak panah yang melesat dari tali”
Laksana anak panah yang melesat dari tali”
Mata ibarat duta, sedangkan hati sebagai rajanya. Betapa banyak cinta  itu  bermula, hanya karena pandangan mata yang sungguh sangat menggoda  yang lambat  laun bergerak menjalar dan mengakar di dalam dada. Maka,  jika kau biarkan  matamu memandang liar kepada lelaki yang tiada halal  bagimu, yakinkah engkau  masih mampu mempertahankan sebentuk cinta dalam  hati bagi suamimu?!
Bersambung insyaallah
Maraji’:
- Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul Falah, Jakarta.
- Panduan Lengkap Nikah (Dari “A” sampai “Z”), Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdirrazzak, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan ke-4, Bogor, 2006.
- Bersanding Dengan Bidadari di Surga, Dr.Muhamamd bin Ibrahim An-Naim, Daar An Naba’, Cetakan Pertama, Surakarta, 2007.
- Mengintip Indahnya Surga, Syaikh Mahir Ahmad Ash-Shufi, Aqwam, Cetakan Pertama, Solo, 2008.
- Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Darul falah, Cetakan ke-11, Jakarta, 2003.
- Majelis Bulan Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan ke-2, Jakarta, 2007.
- Bidadari Surga Agar Engkau Lebih Mulia Darinya, ‘Itisham Ahmad Sharraf, IBS, Cetakan ke-3, Bandung 2008.





















 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar