Sabtu, 22 Januari 2011

Suri Tauladan Dakwah Rasulullah saw

 Suri Tauladan Dakwah Rasulullah saw

بسم الله الرحمن الرحيم

PELAJARAN DARI SEJARAH DA’WAH RASULULLAH

Sifat Dakwah Rasulullah saw (Dakwah fikriyah, dakwah siyasiyah dan dakwah askariyah)

Mempelajari sejarah dakwah Rasulullah saw berarti mempelajari seluruh perilaku beliau. Kehidupan Rasulullah saw adalah kehidupan dakwah, kehidupan penuh perjuangan menghadapi berbagai pemikiran kufur dan kehidupan mengemban risalah yang diamanahkan Allah SWT untuk disampaikan kepada manusia secara keseluruhan.

Dua puluh tiga tahun lamanya beliau bersungguh-sungguh, tanpa mengenal lelah, berdakwah terus-menerus tanpa sekejap pun berhenti, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikriyah, dakwah siyasiyah dan dakwah askariyah.

Disebut dakwah fikriyah karena beliau memulai dakwahnya dengan menyebarkan aqidah Islam seraya mendobak segala bentuk pemikiran dan pandangan hidup yang menyesatkan dan menghancurkan segala bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang yang jahiliyah. Disebut dakwah siyasiyah karena dakwah ini mengarahkan ummat pada suatu kekuatan sebagai pelindung dakwah agar bisa menyebar luas ke seluruh pelosok sudut-sudut dunia. Disebut dakwah askariyah karena dakwah ini membutuhkan taktik dan strategi dalam jihad fisabilillah.

Beliau begitu sukses dalam mengembangkan dakwah ini, membina masyarakat, hingga mampu mendirikan daulah (negara). Beliau pun berhasil menghimpun ummat yang terpecah belah, berqabilah-qabilah menjadi ummat yang satu di bawah panji-panji Islam.

Sukses yang beliau raih bukan melalui perubahan sosial terlebih dahulu atau perubahan moral, walaupun hal tersebut sangat diperlukan, juga tidak melalui slogan-slogan sukuisme, qoumiyah, ashobiyah (fanatisme golongan) dan lain-lain. Akan tetapi beliau memulainya dengan konsep aqidah “Laa ilaaha ilAllah”. Aqidah inilah yang merubah pemikiran, pemahaman, perasaan dan pandangan serta perilaku hidup masyarakatnya sehingga terwujud generasi sahabat yang mampu meneruskan risalah dakwah ini tersebar luas keseluruh pelosok dunia.

Pada dasarnya kesempurnaan dakwah Islamiyah itu telah terhenti sejak terhentinya penaklukan Islam. Dan ummat Islam sebagai ummat wahidah sesudah itu terkoyak-koyak menjadi berbagai suku bangsa yang lemah dan berdiri sendiri. Padahal pada mulanya merupakan satu kekuatan yang disegani oleh musuh-musuhnya. Kini ummat sangat membutuhan orang yang mau mengemban dan melanjutkan risalah dakwah Islamiyah untuk membangkitkan kembali kekuatan itu, melalui suatu kebangkitan yang benar yang berdasarkan Islam. Ummat saat ini sangat membutuhkan orang yang mau kembali menghimpun barisan yang tercecer, shaf-shaf yang terbengkalai dan menyatukan seluruh kekuatan yang ada agar tegak dan terbina masyarakat yang Islami serta untuk memulai kembali misi dakwah ini keseluruh dunia untuk kedua kalinya.

Terwujudnya cita-cita ini hanya tercapai dengan jalan dakwah, sebab hanya jalan inilah yang ditempuh oleh Rasulullah saw sehingga meraih kesuksesan yang luar biasa. Jejak langkah tersebut kemudian diikuti oleh generasi sahabat, jalan yang ditempuh adalah jalan yang lurus, sedangkan metode yang dipakai adalah metode yang benar sehingga membuahkan hasil yang luar biasa. Metode yang beliau lakukan adalah metode yang wajib diteladani dan jalan ini wajib ditempuh oleh Ummat Islam dewasa ini dengan cermat dan teliti agar kita tidak terperosok di jalan yang salah. Kesalahan sedikit saja dalam menganalogikan dakwah Rasulullah atau menyimpang dari jalan yang telah digariskan oleh beliau dapat mengakibatkan kita tersesat di tengah jalan dan sekaligus awal kegagalan dalam meraih cita-cita.

Agar tidak menemui kesulitan dalam meniru gerak langkah dakwah Rasulullah saw, maka kita harus kembali kepada Al-Quran dan sunah Rasulullah, khususnya kembali kepada siroh Nabi saw. Kita mesti berhenti lama untuk memandang dan merenung dihadapan siroh Rasulullah saw. Untuk mengetahui apa yang beliau katakan dan yang beliau perbuat, dan untuk mengetahui jalan yang pernah beliau tempuh ketika mengemban risalah dakwah ini sesuai dengan yang telah digariskan oleh Allah SWT kepadanya. Kemudian kita harus berjalan bersamanya meneguhkan niat untuk mengikuti tuntunannya, tetap berada pada jejak langkahnya sehingga kita bersama seluruh Ummat Islam senantiasa berada dipihak yang mengikuti jejak langkahnya.

Bila kita telah mengambil risalah dakwah ini dan telah berbuat sesuai denagn garis perjuangan beliau, berjalan di jalan yang telah beliau lalu, pasti kemenangan akan datang. Saat itu pertolongan Allah SWT akan tiba sesuai dengan cita-cita dan harapan. Cita-cita tersebut tiada lain adalah memulai kembali kehidupan Islam secara keseluruhan dengan mewujudkan aturan Allah di muka bumi ini, serta mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh bangsa.

Oleh karena itu pemahaman tentang sejarah dakwah Rasulullah saw atau sirah Rasulullah secara keseluruhan mutlak diperlukan oleh seluruh ummat Islam pemegang amanah Allah dan penerus Risalah dakwah. Dengan demikian kejayaan Islam dapat direbut kembali dan Islam dapat tegak di muka bumi ini. Pada akhirnya ummat dapat bergerak bebas dan merdeka dalam menyampaikan dakwah Islamiyah di bawah naungan Khilafah Ar-Rosyidah.

Allah SWT telah menurunkan agama ini bagi seluruh ummat manusia. Dialah yang menjadikan Islam sebagai Agama Fithrah. Dia lah yang mengokohkannya dan dialah yang pasti akan menolongnya serta memenangkannya terhadap agama atau ideologi lain walaupun orang-orang kafir membencinya.

Periode Da’wah di Makah.
Dengan pengamatan yang jernih, akan didapatkan bahwa Rasulullah saw telah menjalankan dakwah di kota Makkah melalui dua tahapan berturut-turut.

Pertama, Tahapan (Marhalah Tatsqiif)
Tahapan ini adalah tahap pembinaan dan pengkaderan, yakni pembinaan pemikiran dan ruh. Dakwah Rasulullah pada tahap ini dilakukan secara sirriyah (rahasia) dalam waktu tiga tahun. Saat itu dakwah belum dilakukan secara terbuka di depan umum, melainkan melalui individu-individu dari rumah ke rumah. Mereka yang menerima dakwah Islam segera dikumpulkan di rumah seorang sahabat bernama Arqom, sehingga rumah tersebut dikenal sebagai Darul Arqom (rumah Arqom). Disanalah mereka dibina dan dikader dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. Beberapa dari mereka diutus untuk mengajarkan Islam kepada yang lain, diantaranya Khabbab bin Arts yang mengajarkan Al-Quran kepada Fatimah binti Khaththab bersama suaminya. Semakin hari semakin bertambah jumlah mereka hingga mencapai empat puluh orang dalam waktu tiga tahun. Selama itu, Darul Arqom senantiasa menjadi pusat pembinaan dan pengkaderan para sahabat pengemban dakwah, dimana mereka berkumpul untuk mendengarkan dan menghayati ayat-ayat Al-Quran beserta penjelasan dari Rasulullah saw.

Dengan demikian apabila Rasulullah saw menyampaikan dakwah pada tahap ini secara diam-diam, hal tersebut bukan berarti beliau takut melaksanakan secara terang-terangan, melainkan itulah yang dituntut untuk dilaksanakan. Ketika turun ayat 1 dan 2 surat Al-Mudatsir:

“Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan”

Kedua, Tahapan (Marhalah Tafa’ul wa Kiffah)
Marhalah ini merupakan bentuk dari dakwah zhahriyah, karena Rasul dan para sahabatnya melakukan dakwah secara terbuka kepada seluruh masyarakat jazirah Arab. Tahapan ini penuh dengan rintangan dan perjuangan setelah Rasulullah dan para sahabatnya mendapat perintah dari Allah SWT, sebagaimana ayat:
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang kafir” (QS. Al-Hijr: 94) 
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat dan rendahkan dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang beriman” (QS. As-Syu’araa 213-215) 

Dakwah pada marhalah ini segera mendapatkan reaksi keras dari kaum musyrikin. Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Pengikut Muhammad saw mulai diuji keimanannya, sampai sejauh mana kualitas iman mereka setelah tiga tahun mendapat pembinaan di Darul Arqom.

Dakwah Rasulullah saw pada marhalah ini merupakan suatu pertarungan pemikiran antara alam pemikiran jahiliyah dengan alam pemikiran Islam, antara adat-istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang dengan Islam. Hal ini terlihat dari ayat-ayat Makkiyah yang pada umumnya mengajak mereka untuk meninggalkan adat istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang mereka, seperti yang tercantum dalam surat Al-Zukhruf 21-24.

Pada tahapan ini terjadi perjanjian Bai’atul Aqobah I dan II yang dilakukan oleh 12 dan 75 orang dari Madinah. Rasulullah saw juga memilih 12 orang pemuka diantara mereka untuk menyampaikan Islam kepada kabilah-kabilahnya masing-masing. 
 
wallahu'alam
SILAHKAN BERIKAN COMENTAR

Tidak ada komentar: