Syekh Kaum Munafik Akhir Zaman
Adalah seorang lelaki yang ilmunya lebih besar daripada otaknya . Ia memusyrikkan siapa saja yang menggunakan akal dalam memahami ajaran Islam. Ia menyerupakan Allah SWT dengan dirinya sambil memperagakankan bagaimana istawa dan turun ke langit dunia seperti ia duduk bersila dan turun dari mimbar. Puncaknya, ia mengakhiri hidupnya sendiri ketika dipenjara. Begitulah, ia telah tersesat dalam kesesatan!!!
Walaupun demikian, dengan kedunguan dan kemunafikannya sebagai pembenci Ahlul Bait, ia punya pengikut. Mereka mengagungkannya dengan sebutan Syekhul Islam, dan memandang Manhaj as-Sunnah bak sebuah kitab suci yang dijadikan ukuran beragama.
Kalau kita kaum muslimin mengagungkan Rasulullah saaw dan keluarganya yang suci, misalnya dengan bershalawat, mereka katakan sebagai perbuatan syirik dan pengkultusan individu, maka pengagungan kepada syekh mereka ini mereka anggap sebagai tauhid murni. Rupanya mereka tidak bisa membedakan mana Tuhan mana Ibnu Taimiyah. Hanya saja mereka tidak mau berterus terang dan terus menerus berlagak pintar dan menipu manusia.
Kebanyakan “kaum abangan” di Indonesia yang sangat awam pada Islam menjadi mangsa mereka dan kemudian diandalkan dalam aksi-aksi ekstrim kekerasan mereka, seperti teror bom, kerusuhan, penyerangan, pengrusakan dan semacamnya, atas nama jihad dengan tentu menumbuhkan jenggot dan meninggikan celananya terlebih dahulu, dan kalau bisa diusahakan menghitamkan jidatnya. Bagi “kaum abangan” tersebut, hal ini lebih kurang merupakan sarana “balas dendam” kepada “kaum santri” atas cap yang mereka sandang selama ini. Jangan heran kalau mereka bertingkah laku over acting, kasar dan tak tahu sopan santun. Persis seperti syekh mereka ini yang berlagak lebih Arab daripada orang Arab sendiri. Biasa, yang palsu lebih mencolok warna dan tampilannya, dan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi “kaum abangan”.
Bila kita kaum muslimin memuliakan Ali bin Abi Thalib kw baik karena keutamaan ilmu, akhlak, keadilan dan ibadah beliau, ataupun sebagai menantu Nabi, sepupu Nabi, sahabat Nabi, khalifah Nabi maupun imam sepeninggal Nabi saaw sebagaimana telah disabdakan dan diwasiatkan oleh Nabi saaw kepada ummat, maka kebencian syekh kedunguan ini telah mengingkarinya dan merendahkannya dan dengan kesombongan serta kemunafikan bani umayah ia mengatakan: “Ali memiliki banyak fatwa yang bertentangan dengan teks-teks agama (nash)”; “Kekhilafahan Ali tidak menjadi rahmat bagi segenap kaum mukmin,…….dst”; “Ali berperang (bertujuan) untuk ditaati dan untuk menguasai atas umat, juga (karena) harta. Lantas, bagaimana mungkin ia (Ali) menjadikan dasar peperangan tersebut untuk agama? Sedangkan jika ia menghendaki kemuliaan di dunia dan kerusakan (fasad), niscaya tiada akan menjadi pribadi yang mendapat kemuliaan di akherat”; “Adapun peperangan Jamal dan Shiffin telah dinyatakan bahwa, tiada nash dari Rasul. Semua itu hanya didasari oleh pendapat pribadi. Sedangkan mayoritas sahabat tidak menyepakati peperangan itu. Peperangan itu, tidak lebih merupakan peperangan fitnah atas takwil. Peperangan itu tidak masuk kategori jihad yang diwajibkan, ataupun yang disunahkan. Peperangan yang menyebabkan terbunuhnya banyak pribadi muslim, para penegak shalat, pembayar zakat dan pelaksana puasa”.
Jika kita kaum muslimin telah jelas mengetahui dan meyakini Ali bin Abi Thalib kw adalah satu diantara Khulafaur Rasyidin, maka syekh kesesatan ini meragukan kekhalifahan beliau dan tidak mengakuinya dan dengan tipu dayanya mengatakan: “……banyak dari golongan Bani Umayyah yang mengatakan: ‘Tidak ada khalifah’”; “Sesungguhnya khalifah adalah yang mendapat kesepakatan (konsensus) umat manusia. Sedang mereka tidak memberi kesepakatan atas Ali”.
Terlalu banyak hadis-hadis Rasulullah saaw tentang keutamaan dan kemuliaan Imam Ali as untuk dapat diungkapkan semua di sini, karenanya cukup hadis berikut yang tercantum dalam shohih Bukhori - Muslim untuk menunjukkan kemunafikan Ibnu Taimiyah, syekh kedunguan dan kesesatan di atas, “Aku bersumpah atas Dzat Yang menumbuhkan biji-bijian dan Pencipta semesta, Rasul telah berjanji kepadaku (Ali), Tiada yang mencintaiku melainkan seorang mukmin, dan tiada yang membenciku melainkan orang munafik”. Sedang dalam hadis lain, diriwayatkan dari ummulmukminin Ummu Salamah: “Seorang munafik tiada akan mencintai Ali, dan seorang mukmin tiada akan pernah memusuhinya”. Dan dari Abu Said al-Khudri yang mengatakan: “Kami dari kaum Anshar dapat mengenali para munafik melalui kebencian mereka terhadap Ali”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar