Jumat, 10 Juni 2011


Menghadirkan Dzikir Dalam Keseharian
Setiap kita, tentu telah mengetahui bahwasanya Islam menganjurkan pemeluknya untuk berdzikir kepada Alloh SWT dimana dan kapan pun berada. Agar kita diberikan keringanan untuk mengamalkan dzikir tersebut, mari kita pahami sedikit ilmu seputar dzikir.
Kata ‘dzikir’ memiliki banyak arti tergantung dari media yang digunakan. Media tersebut bisa berupa hati/pikiran, lisan, atau perbuatan. Saat hati/pikiran yang dijadikan media, maka dzikir bermakna mengingat Alloh SWT. Saat lidah yang dijadikan media, maka dzikir bermakna menyebut nama dan sifat yang indah/terpuji serta kalimat-kalimat dzikir lainnya yang ada dalam al-quran dan hadits. Sementara itu, kalau anggota tubuh yang dijadikan media, maka dzikir berarti ketaatan terhadap Alloh dan rosulnya.
Setiap media tersebut, kalau dilakukan dengan penuh keikhlasan, maka darinya akan mendapatkan kebaikan. Namun yang lebih utama adalah mengintegrasikan ketiga media tersebut, yakni hati/pikiran dan lisan serta bermuara pada ketaatan yang konsisten. Saat keseharian hidup kita difokuskan  untuk mengerjakan ketaatan, maka secara tidak langsung kita sedang mengingat-Nya (dzikir). Rosululloh bersabda, “Barang siapa yang taat kepada Alloh, maka sungguh ia sedang dzikir kepada Alloh”.
Banyak kalimat dzikir yang diajarkan dalam islam misalnya Subhanalloh, Alhamdulilah, Allohu akbar, Laa ilaha illalloh dan lain sebagainya. Kalimat ini sangatlah ringan diperbuat namun banyak menuai pahala.
Saat kita berdzikir, sesungguhnya kita tidak melakukannya sendirian. Melainkan ditemani semua makhluq yang di alam semesta. Dikatakan dalam al-quran, semua makhluq memuji kebesaran tuhan, akan tetapi kita tidak memahami bahasa yang mereka gunakan. Salah seorang ulama mengatakan, boleh jadi saat kita membuka pintu dan terdengar suara pintu. Itu adalah bagian cara dia bertasbih kepada Alloh. Begitu pula dengan suara kilat, petir, sungai, awan, angin, dan lain sebagainya.
Saat kita berdzikir dengan lidah, maka hati dan pikiran haruslah mengawalnya. Agar dzikir yang dilakukan tidak kosong atau ngelantur. Berusahalah konsentrasi dan fokus untuk mengawal perjalanan dikir yang kita lakukan, dan yakinlah Alloh maha mendengar dan akan merespon apa yang diucapkan.
Dzikir utama yang diajarkan Islam adalah membaca alquran. Al-Quran akan datang memberikan pertolongan kepada orang yang membacanya. Untuk itu berkomitmenlah untuk tidak melewatkan sehari semalam tanpa membaca al-Quran meskipun minimal satu ayat. Al-Quran adalah  penawar hati dan pikiran, serta obat secara fisik. Ia memberi kesembuhan sekaligus rahmat bagi orang muslim.
Dengan memperbanyak dzikir kepada Alloh, maka kelak di yaumul akhir kita akan mendapatkan syafa’at karenanya. Saat berada di padang mahsyar, manusia akan berada dalam rasa panik dan mencari perlindungan. Pertama tama manusia ’mengemis’ kepada nabi nuh untuk meminta sya’faat. Namun, nabi Nuh tidak bisa memberikannya, malah ia menganjurkan meminta kepada nabi Ibrahin.
Saat menemui Nabi Ibrahim, beliau pun tidak bisa memberikan syafa’at, dan menganjurkan meminta kepada nabi Musa. Begitu pula nabi Musa. Ia tidak bisa memberikan syafa’at dan menganjurkan meminta kepada Isa.  Seperti halnya nabi sebelumnya, nabi Isa pun tidak bisa memberikan syafa’at dan dia menyarankan meminta kepada nabi Muhammad.
Sampailah manusia menemui nabi Muhammad, dan beliau bersabda, “Saya tidak berhak memberi pertolongan kecuali atas izin Alloh”.  Selanjutnya Alloh berfirman, “Berikan syafa’at kepada siapapun yang berhak mendapatkannya, kecuali orang yang rajin membaca Laa ilahaillalloh, karena Aku-lah yang langsung memberi syafa’at kepadanya”.

















Tidak ada komentar: