Jumat, 28 Januari 2011

Kita Sedang Antri diloket Kematian

Kita Sedang Antri diloket Kematian

Kematian, satu kata yang sangat singkat yang pasti dan wajib datang kepada setiap individu manusia yang datangnya tanpa diundang, yang masuknya tanpa mengucapkan salam, yang mengambilnya tanpa gerakan tangan dan pulangnya tanpa pamitan. Apabila saatnya dia datang, tak dapat dimajukan dan tak dapat ditangguhkan. Dia akan memisahkan manusia dari dunia yang fana menuju alam yang baka, memisahkan seorang ayah dari anak istrinya, anak dari ibu bapaknya, orang kaya dari hartanya, pejabat dari jabatannya, dia tidak dapat disuap dengan harta dan tidak takut dengan ancaman senjata yang datangnya tidak dilihat oleh mata, gerakannya tidak dapat dideteksi dengan senjata.


Kematian, telah banyak mengakhiri kehidupan para pejabat dan penguasa walaupun mereka tinggal di tempat yang kokoh dan kuat dengan pengawalan yang ketat dengan senjata di tangannya siap tembak, tak seorangpun yang masuk kecuali melalui pemeriksaan yang ketat dari para pengawal yang berbadan tegap. Jika kematian yang datang tidak seorang pengawalpun yang melihatnya apalagi menembaknya, sebagai firman Allah SWT :

” Dimana saja kamu berada kematian selalu mendampingimu walaupun kamu berada di benteng yang angat kokoh “. Al Imam Ali Karamullahu Wajhah mengatakan : Hakekat manusia dengan kematian saling berhadapan alangkah cepatnya perjumpaan itu. ” Jika kamu menghadap ke belakang kematian menghadap ke depan alangkah cepatnya perjumpaan itu “.

Di Pagi hari seorang ayah masih berkumpul dengan anak istrinya dengan riang gembira berkumpul mengelilingi meja dengan hidangan beraneka warna, berbeda nama. Terlontar gelak tertawa melambangkan kebahagiaan di pagi hari yang tiada tara dengan seragam mereka yang berbeda. Ayah memakai seragam kantornya dengan dilengkapi dasi serta sepatu yang berkilauan dipandang mata dan anak-anaknya dengan seragam sekolah mereka. Di depan rumah mobil sudah menunggu dengan supirnya, ayah keluar dari perjamuannya didampingi istrinya menuju mobil dengan pintu yang terbuka sambil mengucapkan ” dadah “. Di siang hari kebahagiaan berubah menjadi kesedihan dan kedukaan karena kedatangan tamu yang datangnya tanpa diundang dengan singkat merubah keadaan tertawa menjadi tangisan, kebahagiaan menjadi kedukaan, pakaian yang indah berdasi berubah dengan pakaian berwarna putih tanpa terjahit dan tanpa dasi, kendaraan mobil yang bagus dilengkapi dengan AC yang dingin dan sejuk kini berubah dengan kendaraan tanpa setir tanpa roda dan tanpa AC, rumah yang mewah dengan kasurnya yang empuk, kamar yang luas ber AC dengan lampu yang terang berubah menuju kamar yang sempit, menghempit, gelap, pengab tanpa atap dan tanpa lampu, kepanasan, kehujanan, sendirian tanpa anak, istri. Di dalam kesunyian dan ketakutan dia akan berhadapan dengan Malaikat Allah SWT Munkar dan Nakir yang suaranya sangat keras dasyhat. Jika satu kalimat suranya keluar di dunia ini musnahlah makhluk-makhluk yang ada di dunia ini, RENUNGKANLAH ! WAHAI UMMAT NABI MUHAMMAD SAW KEJADIAN INI YANG PASTI KITA ALAMI.

RENUNGKANLAH WAHAI SAUDARAKU, setiap hari kita menyaksikan bendera kuning berada disuatu tempat, suatu saat bendera kuning ada di tempat kita. Kita menyaksikan bangku-bangku rumah saudara kita dikeluarkan diganti dengan hamparan tikar, pasti suatu saat bangku-bangku di rumah kita akan keluar diganti dengan hampran tikar kita. Kita pernah membawa jenazah di kurung batang, suatu saat di dalamnya adalah kita. Setiap menjelang bulan puasa kita menyaksikan orang berziarah kepemakaman, pasti suatu saat anak istri kita akan berziarah ke makam kita. Renungkanlah apa yang diucapkan oleh Imam Syafi’i RA : ” Bekalilah dirimu dengan taqwa, kamu tidak tahu apakah besok kamu masih hidup “. Berapa banyak orang yang sehat mati mendadak, berapa banyak orang yang sakit parah masih menjalani kehidupan yang panjang, berapa banyak seorang pemuda dan pemudi bersore hari dan berpagi hari dalam keadaan lalai sedangkan kain kafan dijahitkan untuknya dia tidak tahu. Cukuplah kematian sebagai nasehat bagi kita.

Oleh : Al-Habib Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abubakar Alaydrus.

Tidak ada komentar: