Hampir disetiap malam, seorang ibu dan anak selalu bercerita tentang semua kejadian yang dialami selama 1 harian di luar rumahnya
“Ma, tadi aku di sekolah, tampar mukanya si fulan.” cerita anak sambil memandang wajah mamanya yang dibuat senormal mungkin.
“Eemm, emang si fulan, salah apa..sampe kamu tampar mukanya?” tanya mama sedatar mungkin.
“Habis, aku kesal sama fulan Ma..”jawab sang anak yang terlihat mulai berkaca-kaca matanya
“Apa yang sudah si fulan lakukan..sampe kamu kesal padanya..?”
“Habis, dia katain mama, katanya mama masih kecil..” jawab anak polos.
“Hahaha, lho baru dikatain gitu aja, koq segitu kesalnya, sampe orang ditampar segala? Memang kenyataannya mama kecil, lagipula bagus dunk itu berarti mama masih muda, jadi si fulan bilang mama kecil.” goda mama.
“Tapi, aku enggak suka, dia katain mama.?” katanya yang mulai kesal.
“Lho, memang gara2nya apa sich sampe si fulan, pake bawa2 katain mama segala?” tanya mama.
“Tadi kita semua lagi bercanda ma, terus si fulan, pukul aku terus aku balas memukulnya, eeh dia langsung katain mama ku masih kecil, ya udah aku tampar aja lagi mukanya, aku bilang sama si fulan, kalau kamu marah sama aku, pukul dan katain aku aja, tapi jangan kamu bawa-bawa mamaku, memangnya mamaku salah apa sama kamu?” cerita sang anak yang mulai menangis.
“Terus..” tanya mama pada anaknya
“Terus kata si fulan, ya udah katain aja aku lagi, ya udah aku balas aja katain, dasar anak tukang sate?!”
“Hush..!!kenapa kamu jadi ikutan si fulan, katain ayahnya?! Memang ayahnya salah apa sama kamu?” tegur mama sedikit keras.
“Habis, fulan yang suruh aku balas ma?” bela sang anak.
“Kamu enggak suka, mama dikatain sama si fulan? Lalu kenapa kamu juga ikutan katain ayahnya si fulan? Kamu kasihan sama mama, karena kamu enggak mau mama dibilang seperti itu sama si fulan. Kasihan juga dunk, ayahnya si fulan yang enggak tahu apa-apa dibawa oleh keributan kamu berdua. Itu berarti kamu tidak ada bedanya sama si fulan. Harusnya tamparan itu sudah cukup, kamu berikan padanya, dan enggak usah lagi kamu bawa orang tuanya.”
Dan terlihat air mata yang masih menggenang di sudut matanya yang masih menyimpan rasa kesal, karena tidak ingin mamanya dibilang spt itu. Dan untuk mengalihkan pikirannya
“Hayo, sekarang tidur sudah malam.” Alihkan mama dan disambut masih ada rasa kesal terlihat diwajah anak tertuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar