Kamis, 20 Januari 2011

Si Gembala Domba





















Minggu itu seperti biasa saya ajak anak anak jalan jalan pagi, selepas subuh (alhamdulillah dari bayi anak anak saya sudah terbiasa bangun pagi) kami berangkat. Biasanya kami pergi ketempat lari pagi, tapi pagi itu saya putuskan untuk pergi kesebuah lokasi perumahan baru yang masih banyak tanah kosongnya.
Ternyata banyak juga para pelari pagi yang datang juga kesana dan memang tempatnya masih alami, masih banyak pepohonan dan ilalang yang tumbuh liar. Anak anak saya biarkan menjelajahi alam, si sulung saya lihat sibuk mengejar kupu kupu, dan si bungsu mulai asik menemukan tumbuhan “aneh” putri malu yang jika disentuh tumbuhan ini akan mengkerut dan dedaunannya akan menutup diri. Subhanalloh, setelah lama tidak melihat putri malu ini, saya jadi asik juga menyentuh nyentuh dan memperhatikan kehebatan tumbuhan ini, lama saya perhatikan sepertinya tumbuhan ini memiliki indra perasa yang bisa merasakan sentuhan atau getaran yang kita buat di sekitar tangkainya, subhanalloh, walhamdulillah, wallohuakbar.
Tak jauh dari situ, saya lihat segerombolan kambing berjalan ke arah kami dan dibelakangnya mengikuti seorang tua renta membawa tongkat kayu dan sebuah payung yang ternyata seorang gembala. Saya perhatikan mata gembala ini tak henti hentinya memperhatikan kambing kambing yang sibuk memakan rumput dan ilalang di sekitarnya. Sesekali orang tua ini bangun dari duduknya dan menghampiri kambing yang agak terpisah dari kelompoknya dan menggiringnya kembali. Begitu sabarnya orang tua ini dalam melakukan tugasnya menggembala kambing sehingga pada saat hujan turunpun (apalagi hujan pagi pagi dinginyaa…) tapi orang tua ini tetap saja tal bergeming, dia membuka payungnya dan tetap memperhatikan kambing kambing dengan penuh kesabaran.
Sambil menuntun anak anak, pikiran saya melayang kepada Rosululloh Saw muda yang yatim piatu, sendirian ditengah binatang gembalaanya seperti orang tua itu. Pemuda yang kelak menjadi Rosul penutup ini setiap hari menggambalakan kambing, siang hanya beratapkan langit dan awan juga teriknya sinar mentari, disaat malam tiba beliau Saw beralaskan bumi dan bertapkan langit dengan kemerlap bintang bintang dan rembulan. Inilah yang membawa kesadaran pemuda ini akan sesuatu yang Maha Besar dan Maha Hebat yang berdasarkan pengamatannya yang polos (baca:umiy) tanpa prasangka ataupun distorsi pemikiran, ada kekuatan yang melebihi dahsyatnya matahari yang membakar dan indahnya rembulan yang menerangi malam. Ada kekuatan yang melebihi apapu yang diperhatikannya selama ini. Apakah itu?, pertanyaan seorang lugu dan polos inilah yang menuntun pemuda ini kapada Sang Penguasa Segala Kekuatan di langit dan bumi.
Dengan menggembala kambing ini juga lah pemuda ini Saw, mengambil pelajaran dalam kesabaran, ketegasan, kasih sayang, leadership, dll untuk mempersiapkan hati dan pikirannya dalam menyambut tugas berat yang akan diembannya menjadi kekasih Alloh, Nabi dan Rosul penutup. Beliau Saw, menyampaikan bahwa: “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing.” Dan katanya lagi: “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.” Maka berbanggalah wahai engkau penggembala kambing, engkau melakukan perkejaan mulia yang juga dilakukan oleh para Nabi Rosul Alloh.
Saat ini, cobalah kita merenungi si gembala kambing, bisakah kita bersabar dalam menasehati, bisakah menasehati dengan kasih sayang, bisakah kita melihat sekeliling dan berkaca apakah sudah kita menjadi makhluk yang sesuai dengan keinginan Sang Kolik?….

Tidak ada komentar: