Hilang dan Melayang
Penyakit ini tidak seperti biasanya, sejak kambuh tiga hari yang lalu sampai hari ini rasanya malah bertambah parah. Malam itu pun sama.
Badan ini terasa menggigil, panas rasanya, bernafas menjadi sangat sulit. Lalu rasa sakit itu semakin menjalar, seluruh tubuh serasa ditusuk jarum panas. Lalu sekonyong konyong seseorang memelukku dari belakang dan menarik ku ke atas, semakin aku meronta, kekuatan itu semakin kuat mencengkeram. Seiring nafas ku yang tinggal satu persatu, apabila kutarik nafas, serasa badan ku memanjang, dan saat kukeluarkan nafasku, serasa badan ku mengkerut dan sakit nya bukan kepalang.
Demikian, cenkeraman itu begitu dahsyatnya. Rasanya seperti badan ini mengkerut dari arah kaki, panas dan serasa ditusuk tusuk, mulai ujung kaki kemudian merambat ke telapak dan terus ke tumit, dengkul, kemudian merambat keperut, kedada, semakin keatas semakin panas rasanya dan sakitnya tak terkira. Lalu tiba tiba…
Sekali renggut, hilang lah rasa sakit itu digantikan rasa “hilang” dan “mengambang”. Tiba tiba saja aku sudah terbangun di suatu tempat lapang yang sangat sangat luas, sepanjang mata memandang kulihat ribuan bahkan jutaan manusia berbaris rapi menuju sebuah gerbang. Satu persatu mereka “diperiksa”, dua makhluk yang berbeda berdiri di kedua samping gerbang menyambut manusia manusia ini.
Disebelah kanan kulihat penjaga yang dengan penuh kesopanan membawa mereka entah kemana, sementara di sebelah kiri penjaga yang menyeramkan dan berbahasa kasar, menarik dan menyeret manusia lainnya yang berteriak teriak. Lalu tibalah giliranku, di gerbang ini terdapat sebuah timbangan dan seseorang mengeluarkan segala sesuatu dari kaki ku, dari tangan ku kiri dan kanan, dari tubuhku, dari mulutku, dari mataku dan semuanya mengeluarkan isinya. Kemudian disimpanlah semuanya kedalam timbangan yang aku lihat berat kekiri, penjaga disebelah kiri itu mulai menyeringai dan siap untuk merenggut dan menyeretku. Pandangannya sangat mengerikan, kulihat api dibola matanya, kurasakan panas udara saat dia mendekat.
Tapi tiba tiba dari belakang datanglah seseorang, “orang ini belum waktunya, belum waktunya.” Sambil berkata demikian, dibawanya aku melesat dan “hilang” “melayang”.
Saat mataku terbuka, kulihat suamiku, anak anakku berkumpul. Berderai lah air mataku. Terimakasih Ya Alloh, Engkau berikan aku kesempatan kedua.
(Diilhami dari cerita seorang bibi yang pernah meninggal kemudian hidup lagi)
**
Akankah tangan kita, kaki kita, tubuh kita dan semuanya pada diri kita bisa menyumbangkan amal atau malah menumpahkan dosa kedalam timbangan di akhirat nanti…?.
Apakah kita siap untuk mati…???, mati yang tak akan hidup lagi, tanpa kesempatan kedua, mati yang akan mengantar kita ke alam selanjutnya, alam yang tak ada kata kata atau perbuatan untuk merubah semua amal dan dosa. Siapkah kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar