Kamis, 20 Januari 2011

Nakalnya Anak-anak





















Suatu hari seisi rumah dikejutkan oleh suara teriakan nyaring dari mulut seorang anak yang paling kecil di rumah itu.
Anak: “Aaaa….”teriaknya yang tanpa dosa sudah membuat onar seisi rumah.
Mama: “Ade, kenapa kamu teriak-teriak?!” tegur Mama yang sudah berlari ke luar dari kamar ingin melihat ada apa dengan buah hatinya.
Anak: “Ade teriak pake mulut Ade sendiri, Ade enggak pinjam mulut Mama?!” bantahnya sambil memonyongkan mulut kecilnya.
Mama: “ooohh, gitu, ya sudah, kamu teriak lagi yang keras, tapi awas?!Mama nda mau suara kerasmu itu masuk ketelinga Mama?! gangguin telinga Mama aja?!” mulai Mama berargumen dengan anaknya yang selalu cari perhatian.
Anak: “ Mama punya tangan?!tutup aja telinga Mama sama tangan Mama sendiri, kalau enggak mau denger teriakan Ade?!” mulai anak mencari gara-gara.
Mama: “Enak aja, kamu buat kerjaan Mama lagi ya, kamu nda lihat, tangan Mama lagi dipake nulis sama Mama, atau kamu yang tutupin telinga Mama sama tangan kamu, karena kamu yang pingin teriak kan, tapi awas, kalau sampai teriakan kamu masih masuk ke telinga Mama?!” jawab Mama mulai masuk ke logika anaknya dan langsung buat anak terdiam.
**
Hampir tiap hari sang Mama selalu mendengar cerita-cerita dari sekolah anaknya.
Anak: “Ma, kayanya pak Ramli guruku itu banci dech ma,” cerita anaknya yang tertua.
Mama: “Emang, kamu tahu dari mana kalau pak Ramli itu banci, ?” Tanya Mama sambil merhatiin wajah anaknya dengan menyelidik.
Anak: “Hmm, itu mah, kalau lagi ngomong, tangannya pasti begini-begitu dech, ?” ceritanya lagi sambil menirukan gaya banci yang biasa dilihat di TV.
Mama: “Ooohh, emang kalau banci, tangannya begini-begini ya, ?” jawab Mama sambil mengikuti gaya anak sebelumnya.
Anak: “Hehehe, enggak juga sich, ma, ?tapi aneh aja lihat gayanya kaya Tessy,” jawab anak sambil tersenyum merhatiin Mamanya yang sudah melotot.
Mama: “Lagi pula, kalau pak ramli banci, apa dia rugiin kamu?” Tanya Mama yang mulai berargumen sama anaknya yang besar.
Anak: “Nda sich ma,” jawab anak yang mulai tertunduk sambil menahan senyum.
Mama: “Masih mending pak ramli, walau disangka banci, dia masih bisa jadi guru?lha kamu apa?” Tanya Mama lagi dan membuat anak terdiam.
**
Tiba-tiba Mama dikejutkan oleh anaknya yang lari masuk kamar memanggil Mamanya
Anak: “Mama, beliin Ade mainan di tukang mainan itu dong, ?!” rengek anaknya yang kecil
Mama: “Hari ini Mama nda punya uang lebih untuk beliin mainan baru, nanti aja kalau Mama sudah punya uang lebih ya.” Jawab Mama sambil perhatikan anaknya yang suka protes.
Anak: “Pokoknya Ade enggak mau tahu, Ade mau mainan itu sekarang!!” rengek anak lagi yang mulai dengan senjata tangisannya.
Mama: “Ya, udah beli aja sana, ?” jawab Mama santai.
Anak: “Mana uangnya, cepet ma, nanti abangnya keburu pergi?!” pinta anak yang sudah mulai menarik baju Mamanya.
Mama: “Lho, emang yang mau beli mainan itu sekarang siapa, ?” Tanya Mama santai
Anak: “Ya, Ade lah, ”
Mama: “Ya, udah pake uang Ade dong, kan yang mau mainan Ade dan bukan Mama, ?”
Anak: “Ade kan enggak punya uang, pake uang Mama dong, ?!” jawab anak polos.
Mama: “Hehe, sama dong, Mama juga nda punya uang sekarang, kalau mau pake uang Mama, tunggu sampe Mama punya uang lagi ya, ?” jawab Mama sambil senyum.
Anak: “Mama jelek.!!” Protes anak yang memancing Mama untuk menggodanya.
Mama: “Jelekkan Ade dong, kan Ade keluar dari perut Mama campur sama kotoran” goda Mama yang melihat anaknya kesal
Anak: “Jelek Mama dari Nenek, Mama juga keluar dari perut nenek campur sama kotoran?!” Teriak anak yang mulai kesal dan hanya membuat Mamanya tersenyum sendiri
Mama: “Yeee, Mama kan nda katain Nenek jelek” jawab Mama sambil tertawa melihat anaknya yang mulai bingung
**
Seperti biasa pulang sekolah, pasti ada aja cerita yang disampaikan oleh anaknya yang tertua.
Anak: “Ma, aku kesal banget sama Sherly tadi, ?” cerita anak yang terlihat sekali wajah kesalnya.
Mama: “Hmm, memang si Sherly buat apa sama kamu?” Tanya Mama datar.
Anak: “Tadi si Sherly lempar uang untuk pengemis ke comberan, mentang-mentang dia pengemis, emang boleh apa lempar uang begitu, mending enggak usah dikasih aja kalau dilempar begitu.” Kesal anak yang terlihat hampir menangis.
Mama: “Lalu, kamu bilang apa sama Sherly, ?” Tanya Mama yang mulai merhatiin wajah anaknya yang mulai ingin menangis
Anak: “Aku bilang, Sherly kenapa kamu lempar uang itu ke comberan, terus jawab Sherly, biarin aja, toch, dia cuma pengemis, ?” cerita anak yang akhirnya menangis.
Mama: “Terus, ” Tanya Mama yang serius merhatiin anaknya cerita
Anak: “Akhirnya uang jajanku aku kasih ke Sherly untuk gantiin uang yang dikasih ke pengemis itu, kasihan pengemis itu ma, dia turun ke comberan ambil uang itu, aku bilang ke Sherly, ini uangnya aku gantiin, baru kasih segitu aja pake dilempar?!” cerita anak sambil terisak karena tangis.
Mama: “Hmm, harusnya kamu larang pengemis itu untuk ambil uang yang dicomberan, dan uang kamu itu yang kamu kasihkan ke pengemis dan biarkan si Sherly yang ambil uang itu ke comberan, ?” usul Mama sambil menghapus air mata anaknya.
Anak: “Aku lupa Ma.” isak anak yang menyesali dirinya dan wajahnya sudah dipenuhi oleh air matanya.

Tidak ada komentar: