Ceramah al-Habib Umar bin Hafidz di Khaul Cidodol 2010
 Bismillahirrohmanir rohim, Alhamdulillah segala puji dan syukur  kepada Allah Ta’ala, kita pada saat ini, saya dan kalian berkumpul  dihadapan Allah SWT. Kita menanti dipintu Allah Yang Maha Pemurah yang  Maha Dermawan. Semuanya ini disebutkan dalam dakwahnya Nabi Besar  Muhammad SAW, pemimpin sekalian Rasul, dengan itulah berdiri tiang-tiang  kecintaan kepada Allah SWT, kecintaan kepada Nabi-Nya, kecintaan kepada  orang-orang yang soleh, para awliya dan sholihin dan kaum mukminin.
Dan segala macam kemuliaan yang diberikan Allah SWT ini kepada kita  saat ini, ini adalah pemberian yang diberikan Allah SWT secara cuma-Cuma  tanpa didahului dengan uang muka dari kita sekalian. Wahai orang-orang  yang telah dimuliakan oleh Allah SWT dengan beragam kemuliaan dimajelis  ini, yang mana saat ini kita mencari rahmat dan karunia Allah SWT dan  kita telah diberikan Allah SWT, maka perhatikanlah bahwa saat ini Allah  sedang menatap kita sekalian. Dan Allah SWT  mengetahui apa yang ada didalam benak dan rahasia sanubari kita. Dan  Allah SWT mengetahui apa yang kita sembunyikan didalam hati kita. Bagi  Allah sama saja apa yang nampak kita utarakan ataupun kita sembunyikan,  semuanya sama dimata Allah SWT. Apabila kalian mencari keridhoan dari   Allah SWT dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya, maka Allah SWT akan  melimpahkan keridhoan-Nya  kepada kalian. Dan orang yang suka maksiat,  Insya Allah dapat meraih keberkahan dari berkah orang-orang yang taat  pula. 
Apabila kita  merayakan, bergembira dengan khaulnya Syekh Abu Bakar Bin Salim ini  sesungguhnya kita bergembira dengan karunia yang diberikan Allah SWT.  Dan kita merayakan bergembira dengan rahmat yang diberikan Allah SWT.  Dan kita merayakan nikmat yang dikaruniakan Allah SWT. Dan kita  bergembira dengan jasa yang Allah SWT berikan kepada kita sekalian. Dan  kita merayakan warisan dari Nabi Muhammad SAW. Dan seseorang yang  merayakan seorang pewaris, maka dia pun merayakan orang yang  mewariskannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan kita merayakan cahaya-cahaya  iman dan yakin. Dan kita merayakan sifat-sifat yang mulia disisi Allah  SWT. 
Apabila kita saat  ini berkumpul merayakan hal-hal yang mulia tersebut, orang-orang yang  mulia yang dekat dengan Allah, maka sungguh pantas tidak diragukan  bahwa  Allah pun akan mendekatkan kita kepada-Nya.
Berapa besar karunia  Allah SWT untuk umat ini, berapa banyak orang yang masuk kedalam  majelis ini, dalam keadaan tadinya dia jauh dari Allah, dia keluar dari  majelis ini dalam keadaan sudah dekat dengan Allah. Bahkan berapa orang  yang masuk kedalam majelis ini, tadinya dia dicatat sebagai orang yang  sial, dia keluar dari majelis ini sebagai orang yang beruntung. 
Dan berapa banyak  orang yang hadir dalam majelis ini tadinya hatinya penuh dengan  kekotoran, keluar dengan membawa hati yang bersih bercahaya. Berapa  banyak orang yang hadir dalam majelis ini, hatinya gelap gulita, dia  keluar dengan membawa hati yang terang benderang. Berapa banyak orang  yang masuk dalam majelis ini dalam keadaan Allah SWT tidak suka,  berpaling dengan orang tersebut, tetapi tidaklah dia keluar dari majelis  ini melainkan Allah SWT mencintai orang tersebut.
Wahai orang-orang  yang mencari kebaikan yang saya sebutkan ini, sungguh-sungguhlah dalam  pencarianmu. Dan kembalilah kepada Allah SWT. Dan merendahlah, tunduklah  kepada keagungan Allah SWT. Dan agungkan Allah SWT. Dan tetap tidak ada  yang lebih agung dari Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih besar dari  Allah SWT. Dan tidak ada yang lebih dermawan dari Allah SWT. 
Allah SWT yang telah  mengangkat derajat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT yang mengangkat derajat  Nabi-Nabi, mengangkat derajat para malaikat dan para wali-wali serta  kaum sholihin. Mereka adalah orang-orang yang sangat tinggi disisi  Allah. Dan orang-orang yang mencari selain ketinggian selain dari yang  mendekatkan kepada Allah maka mereka itulah orang-orang yang jatuh dan  terjerumus.
Bumi telah menjadi  saksi atas bergenerasi- generasi manusia, bergenerasi- generasi umat dan  kelompok yang mana mereka mencari kemuliaan selain dari Allah, maka  mereka pun hina dan terpuruk dijatuhkan oleh Allah SWT.
Diantara mereka yang  mencari kemuliaan dan kehebatan melalui kehebatan senjata, seperti kaum  ‘Ad kaumnya Nabi Hud yang mengatakan, “siapa yang lebih kuat dan lebih  hebat dari kami?”. Yang lain lagi merasa hebat dengan harta yang ia  miliki, yang demikian banyak hartanya seperti Qorun. Diantara  mereka ada yang mencari kehebatan dan kemuliaan melalui hukum,  pemerintahan serta kekuasaan seperti Fir’aun dan Namrud. Semuanya  sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT, kami habisi mereka, kami  ambil akibat perbuatan dosa mereka. Diantara mereka yang ditenggelamkan,  yang dikirim halilintar, dihancurkan rumah mereka. Bukan Allah  yang  menzholimi mereka, tetapi mereka yang menzholimi dirinya sendiri.
Dan sekarang dimuka  bumi ini orang masing-masing mengadakan perkumpulan- perkumpulan untuk  mencari kemuliaan, keamanan dan kehebatan selain dari Allah. Mereka  orang-orang yang dengan pekumpulannya tersebut menuai keamanan, derajat  yang tinggi dan yang lain sebagainya mereka menyangka bahwa orang-orang  yang sebelumnya, dari umat-umat yang terdahulu itu, mereka mendapat  kehebatan dari harta dan apa yang mereka miliki, dimata Allah SWT akan  menambah kedudukan mereka.
Akan tetapi dengan  majelis semacam inilah kita berharap kepada Allah SWT, dengan majelis  inilah kita mencari dan meminta kepada Allah SWT, dan kita menuju dan  bermaksud kepada Allah SWT. Dan kita bertumpu kepada Allah. Dan kita  bersandar dan bergantung kepada Allah SWT. Dan kita mendekatkan diri  dengan hal yang  mendekatkan kita dengan Allah SWT dan yang disukai oleh  Allah SWT. Justru dengan keberadaan majelis semacam ini umat akan  membaik dan akan menjadi semakin bagus.
Allah SWT  mudah-mudahan memperbanyak majelis-majelis semacam ini dan Allah SWT  mengabadikan pengaruhnya dalam jiwa kita. Dan kita dalam perkumpulan  kita ini, diawal tahun yang mulia ini berdoa dan berharap kepada Allah  SWT. Kita meminta agar Allah SWT menolak dari diri kita, dari seluruh  kaum muslimin, dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh penjuru dunia  berbagai macam bala’ dan musibah yang membawa keburukan bagi umat Islam  ini.
Dan alangkah kuatnya  apabila, betapa kuatnya karunia yang kita dapat dari Allah SWT, berdoa  kepada Allah SWT dimajelis yang mulia ini, kita berdoa bersama-sama dan  mengucapkan amin kepada Allah SWT.
Apabila keluar dari  majelis ini hati-hati jiwa-jiwa yang tunduk kepada Allah, yang memohon  kepada Allah SWT, yang luluh karena malu kepada Allah SWT maka dia telah  keluar membawa rahmat dan karunia yag besar dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman  seketika kalian meminta tolong kepada Allah SWT dan Allah SWT menjawab  doa kalian. Malah semalam sebelum turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak  bisa tidur, Beliau bermunajah dalam tahajudnya, “Ya Hayyu Ya Qoyyum”.  Beliau banyak menangis. Beliau banyak memohon kepada Allah SWT. Maka  Sayidina abu Bakar Ash Shidiq RA yang bersama Nabi ikut menangis dan  memeluk Rasulullah SAW dan berkata , “Cukup ya Rasulullah, Allah SWT  pasti akan mengabulkan doamu”. Dan Rasulullah SAW telah mengajarkan  kepada kita bagaimana caranya mengetuk pintunya Allah SWT dan memohon  kepada Allah SWT.
Sebaik-baiknya hal  yang ada didalam hati kita pada saat Allah SWT sedang menatap hati dan  batin kita adalah bagi Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas  kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana dalam hadis,  orang mukmin; dia memandang dosa yang dia lakukan, dosa pribadinya itu  bagai gunung yang ada diatas kepalanya yang sewaktu-waktu bisa bisa  menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik; menganggap  dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya yang  bisa dia usir kapan waktu.
Ketika Imam Hasan Al Bashri melewati  sekelompok kaum sedang beradu mulut tentang masalah qodho dan qodar  tanpa didasari ilmu, mereka berbincang-bincang dalam masalah yang mereka  tidak mengerti, maka Imam Hasan Al Bashri mengatakan, jika mereka masih  memikirkan dosa-dosa mereka niscaya mereka tidak akan ada waktu untuk  membicarakan hal-hal semacam ini.
Bagaimana halnya  dengan seseorang yang setiap hari dan malam harinya dia habis waktunya  dalam pandangan yang diharamkan oleh Allah SWT.  Bagaimana dengan  seseorang yang habis waktunya dalam menjelek-jelekkan para orang-orang  sholeh, sahabat Nabi dan keluarganya. Bagaimana dengan keadaan seseorang  yang ingin mengatur, menganggap orang lain dari para pendahulunya,  orang-orang besar, mau diatur dengan hukumnya dan mau menghakimi mereka  seenak perutnya sendiri, menganggap mereka itu orang biasa dan kecil.  Seandainya mereka memikirkan dosa mereka, niscaya mereka tidak akan  tenggelam sibuk dalam hal-hal semacam begini.
Ini bukan sikap  orang-orang yang memikirkan dosa-dosa mereka. Ini adalah yang di  firmankan Allah SWT, dalam Al Qur’an yakni sifat-sifat yang mulia, dalam  hal ini adalah orang-orang yang apabila datang ke Nabi setelah mereka,  yakni yang mengatakan Rabbanafirlana ampuni kami sekalian dan juga dosa  orang-orang sebelum kami pendahulu-pendahulu kami. Dan jangan jadikan  dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yeng beriman.  Sesungguhnya Kau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Syekh Abu Bakar bin  Salim, beliau  mencari pengampunan dari Allah SWT untuk diri beliau dan  orang-orang di zaman beliau. Dengan susah payah beliau meminta kepada  Allah SWT. Beliau setiap malam menangis untuk Allah SWT. Beliau apabila  disampaikan kepada beliau atau mendengar dari orang lain kalau ada orang  lain yang menjelek-jelekan dan menghinakan beliau, beliau langsung  berdoa dan mendoakan orang tersebut dan memohonkan ampunan karunia Allah  SWT untuk orang itu.
Dan sesungguhnya itu  apabila ada orang yang mengganggu beliau dalam waktu cepat dekat  disusul musibah menimpa orang yang mengganggunya. Ditanya Syekh Abu  Bakar bin Salim, “apakah kamu menyumpah orang-orang yang mengganggumu?”.  Dijawab, “ tidak aku sama sekali tidak pernah menyumpahi orang islam,  akan tetapi  Allah SWT yang murka terlebih dahulu, kecemburuan- Nya  terhadap para wali-wali-Nya tanpa sebelum aku tahu, maka dibinasakan  Allah SWT, kalau aku tahu aku akan minta tolong terlebih dahulu”.
Warisan dari Nabi  Muhammad SAW, yang mana sifat Nabi Muhammad SAW tentang kaum munafikin  ketika Beliau mengatakan,” Seandainya aku tahu kalau aku beristighfar  untuk mereka lebih dari 70 kali akan diampuni Allah untuk mereka, maka  aku akan beristghfar lebih dari 70 kali agar mereka diampuni”.
Syekh Abu Bakar Bin  Salim, beliau membentuk majelis-majelis ilmu dan majelis zikir untuk  orang awam dan orang khusus. Datang pada beliau murid-murid dari jauh,  dari Syam, dari Mesir, dari Haromain dan dari tempat pelosok yang jauh  untuk menimba ilmu kepadanya. 
Beliau mendidik  murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk bersikap adab yang patut  kepada Allah SWT. Sebagaimana kita dengar bahwasanya didapur beliau  dimasak setiap harinya 700 sampai 1000 potong roti. 
Suatu kali datang ke rumah beliau seorang wanita dengan membawa sedikit makanan yakni sekitar setengah liter atau setengah mud  dia ingin menghadiahkan kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika sampai  wanita tersebut kepada pembantunya Syekh Abu Bakar Bin Salim,  pembantunya berkata, “ Apalah artinya hadiah yang kau berikan ini?  Tidakkah kau tahu setiap harinya kami memasak hingga seribu potong roti  untuk para tamu-tamu kami?” maka tidak disangka-sangka datang Syekh Abu  Bakar bin Salim, beliau turun dari tangga terdengar suaranya turun  menemui wanita tersebut. Langsung beliau berkata kepada wanita tersebut,  ”Engkau datang ketempat ini wahai ibu karena Allah, dan engkau  bermaksud kepada saya, engkau menuju kesaya karena Allah SWT. Berapa  banyak langkah yang engkau langkahkan didalam perjalananmu menuju  kemari, semuanya adalah pahala dari Allah. Dan engkau menyiapkan hadiah  yang mulia ini. Berapa butir dari gandum yang engkau hadiahkan kepada  saya? Tiap butirnya betapa besar pahalanya disisi Allah SWT.” Maka  diangkat dan diterima hadiah tersebut oleh Syekh Abu Bakar bin Salim,   menjamu dan menghormati wanita tersebut. Dan dia keluar dari rumahnya  dalam keadaan gembira.
Dan beliau pun  menegur pembantunya dan berkata, “ Jangan sekali lagi kau berucap  kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak  menyaksikan yang memberi kepada kami semata-mata hanya Allah SWT. Apa  pun yang sampai kepada kami melalui tangan hamba-Nya banyak ataupun  sedikit pada hakikatnya pemberinya adalah Allah SWT.  Sesungguhnya Allah  mengganjar mereka sesuai dengan niat mereka, apabila ikhlas karena  Allah SWT”. Beliau juga mengatakan, “Barang siapa yang tidak mensyukuri  yang sedikit, yang banyak nggak akan datang kepadanya.” Dan ini adalah  lambang, warisan yang beliau bawa dari Nabi Muhammad SAW. Disebutkan  dalam riwayat hidup beliau, bahwasannya beliau mengagungkan, menghormati   nikmat Allah yang diberikan walaupun sedikit. Suatu ketika beliau  melihat ada sedikit makanan terjatuh dilantai, dibiarkan begitu saja  beliau angkat dan beliau berkata kepada istrinya Siti Aisyah,   “Hendaknya engkau mensyukuri menjaga nikmat yang dikaruniakan Allah  SWT, sebab apabila nikmat tersebut diambil oleh Allah SWT  akhirnya  tidak  kembali lagi.”
Ketika beliau  memiliki kesungguhan kepada Alah SWT,  ingin memberikan manfaat kepada  hamba-hamba Allah SWT maka beliaupun membawa pengaruh besar bagi  lingkungannya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Hingga beliau  mengatakan, “seandainya datang kepada saya seorang Badui yang tidak  terpelajar, tapi dia punya kesungguhan ingin sampai dan mengenal kepada  Allah SWT, dalam  sesaat akan saya buat dia sampai dan mengenal Allah  SWT”.
Hingga disebutkan  dalam riwayat bahwa pandangan seorang mukmin, apabila ia memandang,  menatap wajah mukmin yang lain, menatap dengan penuh rahmat dan kasih  sayang, maka ini adalah suatu pahala yang amat besar disisi Allah SWT.
Adapun apabila  seorang mukmin memandang seorang mukmin yang lebih istimewa, dari pada  wali-wali Allah SWT, maka ini adalah ramuan yang mujarab yang membuatnya  dekat dengan Allah SWT.
Sehingga dikatakan  para ulama, “Barang siapa tidak melihat wajah orang-orang yang beruntung  bagaimana ia dapat menjadi orang yang untung”. Dan barang siapa menatap  wajah orang beruntung dengan ikhlas karena Allah SWT bagaimana ia tidak  untung, pasti untung.
Dikatakan oleh Syekh  Abu Bakar Bin Salim, “Ini adalah karunia yang engkau dapatkan apabila  engkau melihat kepada para awliya. Adapun apabila wali tersebut yang  melihat engkau tak bisa dibayangkan karunia yang akan kau dapatkan.”
Pernah dalam suatu  kejadian, ketika di sebuah negeri di musim paceklik lama hujan tidak  turun, mereka sholat istisqo minta hujan sekali, dua kali tidak juga  turun hujan sampai tiga kali. Ketika kebetulan datang satu orang  ditempat tersebut melihat kesusahan manusia dan dia berkata sebelum  orang-orang tersebut sholat istisqo, “Ya Allah demi apa yang ada didalam  kepala saya ini maka saya meminta kepada-Mu agar Engkau menurunkan  hujan kepada manusia.” Dan  turun hujan saat itu juga.
Maka keesokan  harinya dicari orang tersebut yang berdoa dan bertawasul yang berkatnya  negeri jadi turun hujan. Ditanya , “memangnya apa yang ada didalam  kepalamu hingga engkau bertawasul dengan apa yang ada didalam  kepalamu?”. Dijawabnya, “sesungguhnya apa yang ada didalam kepala saya  ini ada dua bola mata yang pernah melihat wajah Abu Yazid Al Bushtomi  dengan berkat itu Allah turunkan hujan”.
Disebutkan  bahwasanya Imam Umar al-Mukhdor bin Syekh Abu Bakar, putranya Syekh Abu  bakar Bin Salim beliau berkata, “Saya tidak rela murid saya yang paling  rendah kalau kedudukannya, bagiannya sama dengan Abu Yazid Al Busthomi.  Saya tidak puas dan tidak ridho”. Kalau anaknya seperti ini bagaimana  dengan sang ayah, Syekh Abu Bakar bin Salim?  Berapa banyak dengan  berkat beliau Allah SWT mendamaikan antara orang lain, satu sama lain  beliau mendamaikan orang dan orang juga damai berkat beliau.
Dan  di dalam hadis  Nabi Muhammad SAW ada dalil yang membuktikan betapa besar pengaruh dari  pandangan ini dan melihat penglihatan ini. Disebutkan bahwasanya  Rasulullah SAW berkata, “kelak barang siapa seseorang berperang dijalan  Allah SWT ditanya mereka satu sama lain,  ‘Adakah diantara kalian yang  pernah melihat Rasulullah?’, mereka bilang, ‘ada, fulan,fulan dan  fulan’”. Dan dengan itu mereka meraih kemenangan.
Kemudian datang  generasi berikutnya ditanya, “apakah ada diantara kita orang-orang yang  bertempur berjihad ini orang-orang yang pernah melihat manusia yang  pernah melihat Rasulullah SAW? Maka dikatakan, “Ada fulan dan fulan  pernah melihat sahabat Nabi Muhammad SAW”. Maka bertawasul dengan  orang-orang tersebut dan Allah SWT memberikan kemenangan kepada mereka.
Kemudian juga datang  lagi generasi berikutnya, ketika seseorang dalam waktu suatu jihad dan  pertolongan lambat, mereka tidak berhasil meraih kemenangan karena  terlalu lambat, hingga akhirnya bertanya diantara mereka, “Adakah ada  diantara kalian yang pernah melihat orang yang pernah melihat orang yang  pernah melihat sahabat yang pernah melihat Nabi Muhammad SAW?”.
Dan disebutkan juga  dalam riwayatnya ada seorang ulama besar Imam besar dari Mekah yang  datang kepada Sayidina Syekh Abu Bakar bin Salim dengan niatnya beliau  dan akhirnya Allah SWT dengan berkat Syekh Abu Bakar Bin Salim  diampunkan hal-hal yang terjadi antara dia dengan istrinya.
Ketika orang ini  datang dengan niat ini kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat, baru  masuk kamar baru berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim langsung  disambut oleh Syekh Abu Bakar,         “Selamat datang wahai Al Bakri,  sesungguhnya saya telah memperbaiki segala macam kekacauan yang terjadi  antara kau dengan istrimu, sudah beres semuanya”.
Kemudian disajikan  kopi kepada mereka yang ada di majelis itu, kemudian diambil satu  cangkir kopi oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, dikeluarkan melalui jendela  maka ketika kembali tangan tersebut cangkir kopi sudah tidak ada lagi  entah kemana. Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim berkata, “Wahai  Abdurrahim (Ulama Mekah ini) Insya Allah Allah SWT akan memberikan  kebaikan kepada istrimu kepada keluargamu dan kelak ia akan mengandung  seorang putra yang menjadi ulama besar di Mekah dan namakan anak  tersebut Umar”.
Dan ketika dia  pulang ke negerinya Mekah ia dapati istrinya baik,  berubah jauh,  urusannya  beres semua, dan ia bertanya,” Apa yang terjadi hingga engkau  menjadi baik seperti ini?”. Maka istrinya mengeluarkan cangkir kosong,  “Tadinya dicangkir ini ada kopinya, datang beberapa waktu yang lalu  seorang tua yang demikian indah membawakan saya cangkir berisi kopi ini,  saya  minum langsung berubah saya punya hati”.  Maka dia lihat cangkir  tersebut keika diperhatikan ia berkata, “ini adalah cangkir yang  dipegang Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat”.
Lalu dia bertanya,  “kapan kau dapatkan cangkir ini dari orang tua tersebut?” lalu dijawab,  “waktunya sekian, tanggal sekian, jam sekian,hari sekian.” Ketika  diingat-ingat betul hari itu adalah hari ketika saya bersama Syekh Abu  Bakar Bin Salim diruangannya. Ditanya, “seperti apa orang yang datang  membawakan kopi?”.  Setelah disifati oleh istrinya ia berkata, “Dia  adalah Syekh Abu Bakar Bin Salim”.
Kemudian dia  berkata, “Demi Allah waktu yang engkau sebutkan itu aku bersama Syekh  Abu Bakar bin Salim diruangannya di Inat sana dan di mengambil secangkir  kopi dia keluarkan dari jendela dan keluarkan tangannya dari jendela  itu dan kembali dalam keadaan kosong.
Diriwayatkan  bahwasannya seorang hamba Allah SWT beliau memindahkan kursi  singgasananya Ratu Balqis dari Yaman kehadapan Nabi Sulaiman.as. Dan  singgasananya Ratu Balqis lebih besar daripada cangkir kopi. Dan wali  dari umat Nabi Muhammad SAW lebih hebat dari wali dari umatnya Nabi  Sulaiman.
Dan wanita tersebut  melahirkan seorang putra dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim bernama  Umar bin Abdurrahim yang menulis kitab Ilmu fiqih yang luar biasa dan  menjadi ulama besar di Mekah.
Dan kita sekarang di  dalam perkumpulan majelis ini mari kita berdoa kepada Allah SWT dengan  berkat Syekh Abu Bakar bin Salim, Allah SWT Insya Allah memperbaiki  hubungan kita dengan Allah SWT dan orang-orang yang punya hak yang besar  terhadap kita sekalian, makhluk-makhluknya Allah SWT, mudah-mudahan  Allah SWT membantu kita didalam memperbaiki hubungan kita dengan mereka  semuanya. Dan mudah-mudahan Allah SWT memberikan keridhoanNya kepada  kita sekalian agar Allah SWT mengampuni kita semua.
Alhamdulillah atas  nikmat yang demikian besar ini, taufik yang Allah berikan kepada kita  sekalian ini semuanya yang Allah SWT berikan dengan berkat shohib  musnid  yang telah membantu terwujudnya acara hari ini. Dan keberkahan  dari perkumpulan kita ini, Ya Allah akan kembali dan mencapai semua yang  hadir dan lingkungan kita, kota kita, negeri kita dan seluruh kaum  muslimin dimanapun mereka berada dengan berkat majelis ini. sebab yang  kita minta yang kita panggil namanya tadi adalah Allah Yang Maha Agung  Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, yang mana Allah SWT menciptakan  segala-galanya.
Dan inilah kita  datang kepada Allah SWT melalui pintu orang yang dicintai dan mencintai  Allah SWT. Maka bersungguh-sungguhl ah berdoa kepada Allah SWT. Semoga  Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita yang lampau. Dan Allah SWT menjaga  kita dari perbuatan dosa dalam umur kita yang selanjutnya ini.  Dan  orang-orang yang kini telah meninggal dunia,  yang tidak hadir ditempat  ini, daripada anak kita, keluarga kita, orang tua kita, kerabat kita,  semoga Allah SWT mengangkat derajat mereka dan mengampuni mereka  sekalian.
Dan semoga Allah SWT  mudah-mudahan memberikan keberkahan dalam sisa hidup kita ini dan  memberikan kita khusnul khotimah. Kemudian setelah wafat mudah-mudahan  Allah SWT mengumpulkan kita bersama wali-wali, bersama kaum sholihin,  bersama Sayidina Syekh Abu Bakar Bin Salim, Ya Allah berdekatan dengan  Nabi Muhammad SAW.
Mintalah kepada Allah Yang Maha Penyayang dan bersungguh-sungguhl ah  dalam berdoa dan memanggil kepada Allah SWT. Dan memohonlah kepada Allah  SWT dengan sesungguh-sungguhny a sebab Allah SWT menyukai orang yang  bersungguh-sungguh didalam memohon kepada Allah SWT. Berdoalah dengan  hati kita, lidah kita dan seluruh jiwa kita memanggil nama,  “Ya Allah,  Ya Allah, Ya Allah…..”





















 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar