Karena setiap amanat akan  dimintai pertanggungjawaban sebagaimana  hadist sahih yang diriwayatkan  Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang  berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai   pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin   dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang   laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai   tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab   terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta   pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan   dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di   akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab   atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban   tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu   dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya   malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah   terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan   apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak   dengan pendidikan yang baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah sebagai   bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana perkataan   Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu   karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu   ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya   kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah   pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang   lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang   sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu   dengan saudara muslim yang lain.
Disamping ikhtiar dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya   orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan   naungan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa   orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah   shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga doa yang mustajab dan   tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang   bepergian dan doa orangtua atas anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam Shohih dan Dho’if Sunan Abu Daud hadist no. 1536)
Sebagaimana para nabi dan rosul dahulu yang selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak cucu mereka.
Do’a Nabi Zakaria ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)
Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam: “Ya Rabb   kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan   (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada   Engkau.” (QS. Al Baqoroh: 128)
Sungguh islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun   diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua zaman   sekarang jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi buah hatinya   lantaran kesibukan mereka atau kejahilan (ketidakmengertian) mereka.   Prinsip yang mereka pegang adalah Membahagiakan anak. Namun kebahagiaan   yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua   tersebut?! Ada yang berpendapat bahagia tatkala anaknya bisa   mendapatkan sekolah yang favorit dan menjadi bintang kelas, orang yang   berpendapat seperti ini maka akan menggebu-gebu untuk mencarikan tempat   les dimana-mana, hingga lupa menyisakan waktu untuk mengenalkan islam   kepadanya. Adalagi pendapat bahwa kebahagiaan adalah tatkala si anak   tidak kekurangan apapun didunia, orangtua tipe ini akan berambisi untuk   mencari materi dan materi untuk memuaskan si anak tanpa disertai   pendidikan akhlak bagaimana cara mengatur serta memanfaatkan harta yang   baik. Dan ada pula sebagian yang lain bahwa kebahagiaan adalah buah   dari keimanan kepada Allah dengan bentuk ketenangan dalam hati;   bersabar tatkala mendapat musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan   nikmat. Namun jarang ditemukan orangtua yang sependapat dengan tipe   ketiga ini. Kebanyakan diantara mereka sependapat dengan tipe 1 dan 2.   Dan tatkala mereka tiada, mereka akan berlomba-lomba untuk mewasiatkan   harta ini dan itu, padahal telah dicontohkan oleh lukman mengenai   wasiat yang terbaik. Bukan sekedar harta atau perhiasan dunia melainkan   sesuatu hal yang lebih berharga dari keduanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan lukman:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu   ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku janganlah kamu   mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah   benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada manusia   (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah   mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya   dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya   kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk   mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang   itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya   didunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu,   kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa   yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata), ‘Hai anakku sesungguhnya   jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau   dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya   (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai   anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik   dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah   terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk   hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan   mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjaln dimuka   bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang   sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan   dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara   keledai.’” (QS. Luqman: 13-19)
Tatkala anak tumbuh menjadi anak pembangkang, suka membantah kepada   orangtua bahkan durhaka kepada orangtua, banyak diantara orangtua yang   menyalahkan si anak, salah bergaullah, tidak bermorallah atau   alasan-alasan yang lain. Bukan… bukan lantaran karena anak salah   bergaul saja, si anak menjadi seperti itu namun hendaknya orangtua   mawas diri terhadap pendidikan akhlak si anak. Sudahkah dibina sejak   kecil? Sudahkah dia diajari untuk memilih lingkungan yang baik?   Sudahkah dia tahu cara berbakti kepada orangtua? Atau sudahkah si anak   tahu bagaimana beretika dalam kehidupan sehari-hari dari bangun tidur   hingga tidur kembali? Jika jawabannya belum, maka pantaslah jika   orangtua menuai dari buah yang telah mereka tanam sendiri. Seperti   perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah,
“Hendaknya anak dijauhkan dari berlebihan dalam makanan,   berbicara, tidur dan berbaur dengan perbuatan dosa, sebab kerugian akan   didapat dari hal-hal itu dan menjadi penyebab hilangnya kebaikan dunia   dan akhirat. Anak harus dijauhkan dari bahaya syahwat perut dan   kemaluan sebab jika anak sudah dipengaruhi oleh kotoran syahwat maka   akan rusak dan hancur. Berapa anak tercinta menjadi rusak akibat   keteledoran dalam pendidikan dan pembinaan bahkan orangtua membantu   mereka terjerat dalam syahwat dengan anggapan hal itu sebagai ungkapan   perhatian dan rasa kasih sayang kepada anak padahal sejatinya telah   menghinakan dan membinasakan anak sehingga orangtua tidak mengambil   manfaat daria anak dan tidak meraih keuntungan dari anak baik didunia   maupun diakhirat. Apabila engkau perhatikan dengan seksama maka   kebanyakan anak rusak berpangkal dari orangtua.”
Mungkin saat si anak masih kecil belum akan terasa dampak dari arti   pentingnya akhlak bagi orangtua namun saat dewasa kelak maka akan   sangat terasa bahkan sangat menyakitkan bagi kedua orangtua. Dan perlu   ditekankan bahwa akhlak yang baik dari seorang anak adalah harta yang   lebih berharga daripada sekedar harta yang kini sedang para orangtua   obsesikan.
Sebelum terlambat mulailah saat ini menanamkan akhlak tersebut, dari hal yang sederhana:
1. Dengan memberi contoh mengucapkan salam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian   tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku   tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan   saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
2. Memperhatikan etika dalam makan.
Dari umar bin Abu Salamah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,
“Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang paling dekat denganmu.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain, misalnya dengan menjenguk orang sakit.
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab   salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan   dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)
4. Mengajarkan kejujuran.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan   kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu   jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk   orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan   kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang   selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi   Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)
Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang   baik pula, generasi pemuda yang taat kepada Allah, berbakti kepada   kedua orangtua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Wallohu a’lam bishowab.
Maraji’:
Begini Seharusnya Mendidik Anak -Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa-, karya Al Maghribi bin As Said Al Maghribi
Begini Seharusnya Mendidik Anak -Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa-, karya Al Maghribi bin As Said Al Maghribi





















 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar