Sabtu, 15 Januari 2011

Andai Ku Seorang Lelaki














Ku amati diriku didepan cermin
Kerudung panjang menjuntai hingga juyub
Dan jilbab wasyi’ ilal asfal menghiasi diriku
Mata ku masih sembab dan merah
Teringat bocah kecil di seret oleh tentara Amerika tanpa ampun
Tangisan dan jeritan anak perempuan yang diberondong dengan peluru
Wanita yang dilecehkan kehormatannya,
Disingkap jilbab yang melekat di tubuh dan hatinya
Seorang kakek tua dilindas kakinya dengan kendaraan tank baja tentara durjana
Hingga remuk tulang dan dagingnya
Seorang anak menangis dan bertanya pada Umminya
“Kenapa Ummi menangis?
Kemana Ayah Ummi?
Kenapa mereka membawa Ayah,
kata mereka Ayah adalah seorang teroris, benarkah itu Ummi?
Aku pernah mendengar dan melihat ditelevisi bahwa teroris itu jahat
Jika Ayah adalah seorang teroris
kenapa Ayah baik padaku?
Kenapa Ayah sering menyuapiku dan mengajariku Al-Qur’an?
Kenapa Beliau selalu berpesan padaku ‘Bertakwalah kepada Allah!!’
Jika mereka mengatakan Ayah adalah Teroris maka aku ingin seperti Ayah
Aku ingin menenteng senjata seperti Ayah.
Ummi janganlah menangis!
Aku yakin Ayah baik-baik saja karena Ayah pernah bilang padaku
‘ Sebentar lagi Ayah akan pergi ketempat yang indah dan disana dia akan membawakanku seekor merpati surga dan jilbab hijau untuk Ummi’.
Ku usap kembali air bening yang menggenang dipelupuk mata
Berapa puluh kali ku tonton film dokumenter itu
Tapi rasanya masih baru pertama kali kumenontonnya
Aku disini hanya bisa menangisi kondisi mereka
Sedang mereka wanita sebayaku sudah tak mengenakan mahkota kesuciannya lagi
Betapa masih nyamannya kondisiku
Betapa masih lelapnya tidurku
Betapa masih lahapnya makanku
Ku katakan pada kawanku….
“Aku ingin berjihad!
Aku ingin menenteng senjata!
Aku ingin membunuh tentara Amerika dan sekutunya!
Aku tak ingin mengharumkan tubuhku dengan parfum seperti para wanita rumahan
tapi aku ingin bermandikan keringat dengan debu jihad menempel disekujur tubuh!
Ku tak ingin menghias wajahku dengan make up
Tapi ku ingin mempercantik diriku dengan peluh dan debu
dengan lipstick takbir yang menghiasi bibirku yang meneteskan darah kebanggaan!”
Ha…ha…ha….
Seringai tawa sinis keluar dari mulutnya
“Ngeyel kamu…realistis dong…kamu seorang wanita…ga pantas menenteng senjata…
mendingan dirumah saja…urus dapur, kasur dan sumur, nikmati saja hidup ini mumpung masih muda!!”
ku terkulai lemas…
menyadari bahwa aku seorang wanita
yang tak bebas berkelana
terikat dengan aturan seputar wanita
yang dicipta khusus untuk mengatur kaumku
Ohhh…Tuhan….
Andai ku seorang laki-laki
Ku kan terjun ke medan jihad sekarang juga
Ku tak ingin menunda waktuku
Ku tak ingin hidupku berakhir ditempat tidur
Ku tak ingin tertawan oleh pukauan dunia yang fana
Ku tak ingin berlama-lama berada dalam zona kenyamanan
Tuhan…
Pilihlah aku menjadi tentaraMu
Jangan pandang genderku
Jangan pandang kelemah lembutanku sebagai seorang wanita
Yang tak pantas menenteng senapan dan geranat
Seperti kata kawanku
Tuhan…
Ku tak bermaksud melawan kodratku dan takdirMu
Seperti kaum feminis
Namun ku hanya seorang Hawa yang mencintaiMu
Seorang Hawa yang ingin mengamalkan kalam-Mu
Seorang Hawa yang ingin menggapai Jannah-Mu dengan berlari kencang bukan merangkak
Izinkanlah….
Ridhailah…
Wahai….kaum adam…
Beruntunglah kalian…
Perintah jihad dipercayakan pada kalian
Jangan sia-siakan kepercayaan-Nya
Ambillah sekarang juga
Jangan tunggu lagi
Sudah terlampau lama kalian berada dirumah menikmati hasil jerih payah kalian
Dan bermanja dengan istri dan anak-anak
Selamatkan saudara-saudara kita dari cengkraman para laknatullah ‘alaih
Kenakan kembali jilbab saudari-saudaraiku yang terkoyak
Jangan hiraukan suara-suara sumbang yang, menghambat perjalanan kalian
Kuatkan azzammu yaa.. para ikhwan…
Kuatkan azzammu…
Jangan biarkan azzam itu hanya sekedar dibibir
Dan diteriakkan di berbagai media
Tapi….
Buktikanlah…
Buktikanlah…
Persiapkanlah diri kalian…
Seperti apa yang dikatakanNya
Kami tungu hasil perjuangan mu…
Kami tunggu kabar kesyahidanmu…
Do’a kami menyertai kalian…wahai para peminang bidadari syurga…

Tidak ada komentar: